Menakhlukkan Ketakutan, Kau Yakin?




Hari ini, fikiranku terganggu dibuatnya. Berawal dari perintah senior untuk mengikuti kontes Duta Bahasa, ceritaku dimulai. 

Siapa yang sangka? Perempuan yang tengah mencari jati diri ini diminta paksa untuk mendaftar kontes seajang “Duta Bahasa?” Ya. Hal biasa mungkin bagi orang – orang yang sudah terbiasa mengikuti kontes seperti itu. Tapi bagiku, ini pengalaman pertamaku.
Pengumuman jadwal wawancara tiba, aku kedapatan di hari pertama sesi II. Tapi ternyata di hari yang sama itu pula, berlansung praktikum akhir dan aku sedang dalam keadaan tidak sehat. Awalnya ingin izin, tapi tersadar absen sudah diluar batas. Akhirnya mencoba memberanikan diri untuk meminta keringanan waktu, dan diberikan kesempatan dikeesokan harinya pukul 08.00. Segalanya sudah dipersiapkan, termasuk persiapan diri agar lebih tenang menjawab pertanyaan – pertanyaan juri nanti. Tapi begitu terkejutnya diri saat pukul 03.00 nenek meninggal dunia. Allah, kacau rasanya hati saat itu. Harus memilih mengikhlaskan wawancara atau meninggalkan nenek tanpaku. Berbuah keputusan, aku menetapkan untuk tetap disana. Dirumah nenek maksudku. Untuk terakhir kalinya, fikirku kala itu. Agar tidak menutup diri dan memvonis bahwa aku lari ketakutan untuk kontes itu, aku kembali izin dan menyampaikan maaf. “Diberikan kesempatan kembali atau tidak, semua saya serahkan kepada panitia” tersampainya pesan ku saat itu.

Dibuat tidak menyangka kembali, panitia memberikan “kesempatan” yang menurutku tidak boleh di sia – siakan, harus maksimal dan bisa menjadi kebanggaan dari orang - orang yang berharap lebih kepadaku. Mereka memberi pilihan wawancara online, mengepungku untuk menjaga – jaga dari pukul 15.00 sampai 17.00. Pertanyaan demi pertanyaan mulai diajukan, mulai dari suku sampai dampak apa yang diberikan ketika saya terpilih nanti. Lebih lega saat menantang dan menjawab diri sendiri untuk tidak bersikap “pengecut”. Tatas jawaban itu, allah maha baik; aku lulus ketahap semifinalis 60 besar. Rasanya belum lega, ketika aku bisa satu langkah lebih maju dari orang – orang hebat itu. Untuk itu aku menyuarakan lewat tulisan. Semoga ini bukan tulisan berbagi pencapaian terakhir, setelahnya aku berharap bisa bercerita kembali ketika aku benar – benar diresmikan menjadi “Finalis Duta Bahasa Suimatera Utara”. Mohon doa dan dukungannya teman teman pembaca terbaikku

.




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer